Presentasi bukan hanya sekadar berbicara, tetapi juga kemampuan mendengarkan para peserta / audience presentasi kita. Dengan mendengarkan, kita tahu apa yang dimaksudkan oleh lawan bicara kita dan otomatis reaksi kita akan lebih sesuai / tepat untuk kondisi saat itu.
Bayangkan apabila di suatu presentasi kesehatan oleh pakar, terjadi pembicaraan berikut:
Anda: "Pak, saya mau bertanya tentang salah satu point Anda tadi"
Pembicara: "Silakan, yang mana?"
Anda: "Tentang masalah jantung Pak, jadi saya belakangan ini pernah merasakan jantung saya sering berdebar-debar..."
Pembicara: "Oh saya tahu itu, sudah menjadi persoalan umum itu bisa jadi serangan jantung dini"
Anda: "Gini Pak, sebenarnya.."
Pembicara: "Anda percaya saya saja, saya kan pakarnya. Itu sudah pasti serangan jantung dini harus memakai produk X ini"
Anda: "Tapi Pak, saya belum selesai ngomong.."
Melihat cuplikan pembicaraan di atas, sang pembicara tidak mendengarkan terlebih dahulu pertanyaan dari Anda dan sangat besar kemungkinan terjadinya salah diagnosa. Dampaknya? Anda bisa jadi tidak akan percaya dengan saran/jawaban yang diberikan karena sang pembicara tidak mau mengerti terlebih dahulu apa yang akan Anda utarakan.
Untuk mengetahui metode mendengarkan yang efektif, kita perlu mengetahui terlebih dahulu kesalahan-kesalahan yang sering terjadi ketika mendengarkan lawan bicara kita, seperti disadur dari buku popular 7 Habits:
- Spacing Out -- terjadi ketika pikiran Anda berada di topik berbeda dengan yang dibicarakan. Hal ini mengakibatkan respon yang Anda berikan akan sangat berbeda/di luar konteks pembicaraan. Biasanya terjadi ketika orang sedang dalam kondisi tidak fit/mengantuk/lelah, pastikan diri Anda fit sehingga bisa fokus ke topik yang sedang dibicarakan.
- Pretend Listening -- berpura-pura mendengarkan padahal Anda tidak memahami apa yang dibicarakan. Hal ini ditunjukkan dengan respon seadanya seperti "Oh", "Okay", "Bagus itu" dan lain sebagainya tapi dari raut muka Anda terlihat tidak menangkap apa makna pembicaraan tersebut. Tinggalkan kebiasaan ini dan jangan sungkan bertanya lebih detil pada lawan bicara apabila Anda kurang memahami atau sekadar ingin menyamakan persepsi.
- Selective Listening -- dimana Anda hanya mendengar apa yang Anda inginkan. Hal ini memang wajar terjadi pada sebagian besar orang, akan tetapi DoctorSlide menyarankan agar dapat dikurangi untuk selective listening-nya dan bisa mencoba mendengarkan konteks pembicaraan secara utuh (beda ceritanya kalau pembicaraan terlalu bertele-tele maka Anda dapat mencoba meringkas inti pembicaraan). Kekeliruan "selective listening" biasanya ditandai dengan respon yang keluar dari jalur pembicaraan. Contoh: "Pak, saya punya keluhan untuk menjaring penjualan di gerai supermarket dengan metode tersebut" yang diteruskan dengan respon "Berbicara tentang gerai, kami juga membuka beberapa booth penjualan di gerai perbelanjaan". Anda dapat melihat letak ketidaksinambungannya kan?
Berikut metode mendengarkan secara efektif yang dapat Anda terapkan pada saat presentasi:
DENGARKAN DENGAN TELINGA, MATA DAN HATI
Akan sangat baik apabila Anda membiasakan diri bukan hanya memahami melalui telinga, tetapi juga membaca gerak-gerik (body language) dan juga memproses konteks pembicaraan di otak dan hati Anda. Sebuah sumber penelitian mengatakan komunikasi terdiri dari 7% kata-kata, 40% intonasi dan 53% bahasa tubuh. Intonasi tertentu di dalam pertanyaan audiens Anda dapat mengindikasikan makna yang berbeda-beda. Contoh seperti pada kalimat di bawah ini (penekanan di kata-kata yang digarisbawahi)
"Menurut saya desain presentasi itu penting untuk meningkatkan sales" = berfokus untuk melontarkan pemikiran pribadi
"Menurut saya desain presentasi itu penting untuk meningkatkan sales" = menekankan tentang desain presentasi
"Menurut saya desain presentasi itu penting untuk meningkatkan sales" = bertujuan ke peningkatan sales
TEKNIK MIRRORING
Apa yang Anda temukan ketika berdiri di depan kaca? Anda akan melihat diri Anda sendiri apa adanya dan terlepas dari segala bayangan Anda. Teknik mirroring mengandaikan bahwa apabila Anda sedang berusaha mendengarkan apa yang dibicarakan oleh audience Anda, usahakan untuk merespon dengan mengulang kembali point pembicaraan mereka dengan bahasa Anda sendiri. Teknik Mirroring juga sangat bagus dilakukan agar Anda dapat mencoba memposisikan diri di dalam kondisi lawan bicara sehingga apa yang diutarakan dapat dimengerti secara penuh. Bukan seperti burung beo yang mengulang semua perkataan secara utuh, tapi Anda diajarkan untuk mengkonfirmasi persamaan konsep yang diperoleh dari suatu pembicaraan tersebut. Contoh sebagai berikut:
Audience: "Saya punya masalah di lapangan dimana semua calon konsumen menolak untuk mencoba produk kami karena dianggap mahal dan belum punya kredibilitas"
Anda: "Anda memiliki tantangan untuk masuk ke ranah konsumen ya" (teknik mirroring)
Audience: "Benar Pak, kira-kira apa kiatnya untuk mengatasi hal tersebut?"
Dua metode di atas diyakini dapat membantu memperlancar sesi presentasi Anda. Jangan ragu untuk selalu mengoreksi diri dari setiap peristiwa yang Anda alami karena Anda harus membiasakan diri sendiri agar metode ini dapat menjadi bagian dari karakter sehari-hari.
Jika Anda menyukai artikel kami, bantu kami untuk menyebarluaskan pengetahuan ini via jejaring sosial (Facebook, Twitter, Google+, dan LinkedIn) thanks a bunch and have a nice day! :)
Picture courtesy of Freepik and Pexels